TUGAS
MAKALAH BULAN 1
Peranan dan fungsi bahasa Indonesia
Ragam
Bahasa
EYD
dan Tanda Baca
SOPIA
BUDIYANTO
3KA17
18113608
SISTEM
INFORMASI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
TUGAS
BULAN1
A.
Peranan dan fungsi bahasa Indonesia
1.
Peranan
dan pentingnya bahasa Indonesia dalam konsep ilmiah
Bahasa
Indonesia dalam konsep ilmiah mempunyai fungsi yang sangat penting, karena
bahasa merupakan media pengungkap gagasan penulis. Bahasa yang digunakan dalam
konsep penulisan ilmiah adalah bahasa Indonesia ilmiah. Bahasa Indonesia
merupakan sarana untuk mendukung pembuatan karya tulis. Karya tulis ilmiah
menurut Brotowijoyo dalam Arifin (1985: 8—9) adalah karangan ilmu pengetahuan
yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan
benar. Untuk dapat disebut karya tulis ilmiah, maka ada persyaratan yang harus
dipenuhi misalnya, penulisan angka, penulisan judul, penulisan tanda baca,
penulisan kutipan dan sebagainya. Yang terpenting gagasan mudah dipahami dengan
dituangkan dalam bahasa yang jelas dan secara tepat dapat mewakili gagasan atau
perasaan pembicara atau penulis. Sehingga menimbulkan gagasan yang sama
tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca (Keraf,1980:36). Semua syarat
yang berlaku dalam karya tulis tersebut adalah baku dan mutlak bagi semua
penulisan karya tulis. Karena informasi yang ada dan terkandung di dalam karya
tulis harus dapat dipertanggungjawabkan dan berguna bagi banyak orang. Melihat
hal-hal tersebut, tidak dapat dipungkiri bahwa bahasa Indonesia yang baku dan
sesuai EYD sangat berperan penting. Seandainya tidak ada bahasa Indonesia yang
baku dan sesuai EYD ini, maka dalam sebuah karya ilmiah akan terdapat banyak
sekali makna yang tidak sesuai antara penulis dengan yang membacanya, karena
setiap orang mempunyai bahasa yang berbeda dan memiliki arti masing-masing
dalam bahasa yang digunakan. Sehingga jika mengikuti bahasa Indonesia yang baku
dan sesuai EYD maka hasilnya adalah informasi yang penting dan berguna dapat
tersampaikan pada masyarakat luas.
2. Memahami fungsi bahasa Indonesia
sebagai alat untuk menyerap dan mengungkapkan hasil pemikiran.
Bahasa
memiliki peranan sebagai alat untuk mengekspresikan dan menunjukkan kemampuan seseorang.Misalnya
saja karya ilmiah seseorang, dia bisa mengekspresikan pemikirannya melalui
bahasa secara bebas. Namun, kita harus memikirkan siapa yang akan membacanya,
dan tujuan dari tulisan tersebut. Kita tinggal di negara Indonesia, dengan
tujuan pembaca yang juga orang Indonesia, maka itu kita menggunakan bahasa
Indonesia dalam pengungkapan hasil pemikiran kita. Contohnya, karya ilmiah
bersifat formal dan ditulis dengan bahasa yang baku, sehingga kita harus
menggunakan bahasa yang baku dan menulisnya dalam bentuk yang formal.
Dalam menyerap
pemikiran seseorang yang telah diungkapkan melalui bahasa Indonesia, seseorang
yang ingin mengetahui isi pemikiran seseorang pun harus mengerti bahasa yang
digunakan oleh si penulis. Karya ilmiah seseorang yang formal dan menggunakan
bahasa yang baku akan mudah dimengerti jika pembacanya juga mengerti tentang
aturan-aturan penulisan formal dan bahasa yang baku pula.Dari pemaparan di
atas, dapat disimpulkan bahwa untuk mengungkapkan dan menyerap hasil pemikiran,
peranan bahasa Indonesia sangatlah penting.
B.
Ragam Bahasa
Di dalam bahasa Indonesia
disamping dikenal kosa kata baku Indonesia dikenal pula kosa kata bahasa Indonesia
ragam baku, yang alih-alih disebut sebagai kosa kata baku bahasa Indonesia
baku. Kosa kata baasa Indonesia ragam baku atau kosa kata bahasa Indonesia baku
adalah kosa kata baku bahasa Indonesia, yang memiliki ciri kaidah bahasa
Indonesia ragam baku, yang dijadikan tolok ukur yang ditetapkan berdasarkan
kesepakatan penutur bahasa Indonesia, bukan otoritas lembaga atau instansi di
dalam menggunakan bahasa Indonesia ragam baku. Jadi, kosa kata itu digunakan di
dalam ragam baku bukan ragam santai atau ragam akrab. Walaupun demikian, tidak
tertutup kemungkinan digunakannya kosa kata ragam baku di dalam pemakian
ragam-ragam yang lain asal tidak mengganggu makna dan rasa bahasa ragam yang
bersangkutan.
Suatu ragam bahasa, terutama
ragam bahasa jurnalistik dan hukum, tidak tertutup kemungkinan untuk
menggunakan bentuk kosakata ragam bahasa baku agar dapat menjadi anutan bagi
masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Dalam pada itu perlu yang perlu
diperhatikan ialah kaidah tentang norma yang berlaku yang berkaitan dengan
latar belakang pembicaraan (situasi pembicaraan), pelaku bicara, dan topik
pembicaraan (Fishman ed., 1968; Spradley, 1980).
Menurut Felicia (2001 : 8), ragam bahasa dibagi berdasarkan
:
1.Media pengantarnya atau sarananya, yang terdiri
atas :
ü
Ragam lisan.
Ragam lisan adalah bahasa
yang diujarkan oleh pemakai bahasa. Kita dapat menemukan ragam lisan yang
standar, misalnya pada saat orang berpidato atau memberi sambutan, dalam
situasi perkuliahan, ceramah; dan ragam lisan yang nonstandar, misalnya dalam
percakapan antarteman, di pasar, atau dalam kesempatan nonformal lainnya.
ü Ragam tulis.
Ragam tulis adalah bahasa yang
ditulis atau yang tercetak. Ragam tulis pun dapat berupa ragam tulis yang
standar maupun nonstandar. Ragam tulis yang standar kita temukan dalam
buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster, iklan. Kita juga dapat
menemukan ragam tulis nonstandar dalam majalah remaja, iklan, atau poster.
2. Berdasarkan situasi dan pemakaian
Ragam bahasa baku dapat berupa :
(1) ragam bahasa baku tulis dan (2) ragam bahasa baku lisan. Dalam penggunaan
ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkannya tidak ditunjang oleh
situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa baku lisan makna kalimat yang
diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar
terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa
baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan kata,
penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta
kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat.
Ragam bahasa baku lisan didukung
oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan kalimat.
Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian, ketepatan
dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur di dalam kelengkapan unsur-unsur di
dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan
karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam memahami
makna gagasan yang disampaikan secara lisan.
Pembicaraan lisan dalam situasi
formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam
situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam
bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut
sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu,
bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis,
walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat
dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua
ragam itu masing-masing, ragam tulis dan ragam lisan memiliki ciri kebakuan
yang berbeda.
Contoh perbedaan ragam bahasa
lisan dan ragam bahasa tulis (berdasarkan tata bahasa dan kosa kata) :
1.Tata Bahasa
(Bentuk kata, Tata Bahasa, Struktur Kalimat, Kosa Kata)
a.Ragam bahasa lisan :
- Nia sedang baca surat
kabar
- Ari mau nulis surat
- Tapi kau tak boleh nolak
lamaran itu.
b.Ragam bahasa Tulis :
- Nia sedangmembaca surat
kabar
- Ari mau menulis surat
- Namun, engkau tidak boleh
menolak lamaran itu.
2.Kosa kata
Contoh ragam lisan dan tulis berdasarkan kosa kata :
a.Ragam Lisan
-Ariani bilang kalau kita harus
belajar
-Kita harus bikin karya tulis
-Rasanya masih terlalu pagi buat
saya, Pak
b.Ragam Tulis
-Ariani mengatakan bahwa kita
harus belajar
-Kita harus membuat karya tulis.
-Rasanya masih terlalu muda bagi
saya, Pak.
Istilah lain yang digunakan selain ragam bahasa baku adalah
ragam bahasa standar, semi standar dan nonstandar.
a.ragam standar,
b.ragam nonstandar,
c.ragam semi standar.
Bahasa ragam standar memiliki
sifat kemantapan berupa kaidah dan aturan tetap. Akan tetapi, kemantapan itu
tidak bersifat kaku. Ragam standar tetap luwes sehingga memungkinkan perubahan
di bidang kosakata, peristilahan, serta mengizinkan perkembangan berbagai jenis
laras yang diperlukan dalam kehidupan modem (Alwi, 1998: 14).
Pembedaan antara ragam standar,
nonstandar, dan semi standar dilakukan berdasarkan :
a.topik yang sedang dibahas,
b.hubungan antarpembicara,
c.medium yang digunakan,
d.lingkungan, atau
e.situasi saat pembicaraan
terjadi
Ciri yang membedakan antara ragam
standar, semi standar dan nonstandar :
· penggunaan kata
sapaan dan kata ganti,
· penggunaan kata
tertentu,
· penggunaan imbuhan,
· penggunaan kata sambung
(konjungsi), dan
· penggunaan fungsi yang
lengkap.
Penggunaan kata sapaan dan kata
ganti merupakan ciri pembeda ragam standar dan ragam nonstandar yang sangat
menonjol. Kepada orang yang kita hormati, kita akan cenderung menyapa dengan menggunakan
kata Bapak, Ibu, Saudara,
Anda. Jika kita menyebut diri
kita, dalam ragam standar kita akan menggunakan kata saya atau aku. Dalam ragam nonstandar, kita akan
menggunakan kata gue.
Penggunaan kata tertentu
merupakan ciri lain yang sangat menandai perbedaan ragam standar dan ragam
nonstandar. Dalam ragam
standar, digunakan kata-kata yang merupakan bentuk baku atau istilah dan bidang
ilmu tertentu. Penggunaan imbuhan adalah ciri lain. Dalam ragam standar kita
harus menggunakan imbuhan secara jelas dan teliti.
Penggunaan kata sambung
(konjungsi) dan kata depan (preposisi) merupakan ciri pembeda lain. Dalam ragam
nonstandar, sering kali kata sambung dan kata depan dihilangkan. Kadang kala,
kenyataan ini mengganggu kejelasan kalimat.
Contoh : (1) Ibu mengatakan, kita
akan pergi besok
(1a) Ibu mengatakan bahwa kita
akan pergi besok
Pada contoh (1) merupakan ragam
semi standar dan diperbaiki contoh (1a) yang merupakan ragam standar.
Contoh : (2) Mereka bekerja keras
menyelesaikan pekerjaan itu.
(2a) Mereka bekerja keras untuk
menyelesaikan pekerjaan itu.
Kalimat (1) kehilangan kata sambung (bahwa), sedangkan
kalimat (2) kehilangan kata depan (untuk). Dalam laras jurnalistik kedua kata
ini sering dihilangkan. Hal ini
menunjukkan bahwa laras jurnalistik termasuk ragam semi standar.
Kelengkapan fungsi merupakan ciri
terakhir yang membedakan ragam standar dan nonstandar. Artinya, ada bagian
dalam kalimat yang dihilangkan karena situasi sudah dianggap cukup mendukung
pengertian. Dalam kalimat-kalimat yang nonstandar itu, predikat kalimat
dihilangkan. Seringkali pelesapan fungsi terjadi jika kita menjawab pertanyaan
orang. Misalnya, Hai, Ida, mau
ke mana?” “Pulang.”Sering kali juga kita menjawab “Tau.” untuk menyatakan ‘tidak tahu’. Sebenarnya, pëmbedaan lain, yang
juga muncul, tetapi tidak disebutkan di atas adalah Intonasi. Masalahnya,
pembeda intonasi inihanya ditemukan dalam ragam lisan dan tidak terwujud dalam
ragam tulis.
3.EYD
dan Tanda Baca
Pengertian Ejaan yang Disempurnakan
Berdasarkan Etimologi kata, kata ejaan
berasal dari kata dasar eja, yang berarti
melafalkan huruf-huruf atau lambang-lambang bunyi bahasa. Ahli Bahasa
mengemukakan bahwa pengertian Ejaan dapat ditinjau dari dua segi, yakni segi
Khusus dan segi Umum.Secara Khusus Ejaan dapat diartikan sebagai pelambangan
bunyi-bunyi bahasa dengan huruf, baik berupa huruf demi huruf
maupun huruf yang sudah disusun menjadi kata frase atau kalimat.sedangkan
secara Umum, Ejaan berarti keseluruhan dan penggabungan yang dilengkapi pula
dengan penggunaan tanda baca.
Dengan demikian EYD (Ejaan yang
Disempurnakan) adalah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang mengatur
penggunaan Bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan penulisan
huruf capital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan.
Kaidah-Kaidah Dalam Ejaan Yang
Disempurnakan
1.
Pemakaian Huruf
§ Huruf kapital
Huruf
kapital digunakan untuk menuliskan :
- Huruf
pertama kata pada awal kalimat;
- Awal Nama
Suku, Bangsa, Bahasa;
- Awal nama
hari, bulan, tahun;
- Awal nama
pangkat, jabatan, gelar bila diikuti nama orang ataupun nama Wilayah;
- Awal nama
gelar keagamaan;
- Awal nama
khas geografi;
- awal
petikan langsung;
- awal nama
dokumen asli;
- awal
singkatan bila menggunakan huruf awal tiap kata;
- awal
singkatan kata akronim berupa akronim dari nama suatu program;
- awal tiap
kata judul karangan, buku, novel, kecuali kata tugas. Namun bila kata
tugas itu ditulis di awal judul, maka ditulis juga dengan huruf kapital.
- awal kata sapaan; dan
§ Huruf miring
Huruf
miring digunakan untuk :
- menuliskan
nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam
- karangan-karangan;
- menegaskan
atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata;
- menuliskan
kata nama-nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang
- telah
disesuaikan ejaannya
2.
Penulisan Tanda Baca
§ Tanda titik (.)
Tanda
titik dipakai pada :
- akhir
kalimat berita;
- memisah
jam, menit, dan detik;
- memisah
bilangan ribuan, jutaan, dan seterusnya bila menyatakan
- jumlah;
- akhir
singkatan :
- nama orang
- gelar
akademik
- gelar
keagamaan
- pangkat dan
jabatan
- kata sapaan
Tanda
titik tidak dipakai pada :
- Akhir
judul;
- Memisah
ribuan, jutaan, yang tidak menyatakan jumlah;
- Akhir
singkatan:
- .Lembaga
umum
- Akronim
- Lambang
kimia
- Satuan
mata uang
- Satuan
ukuran isi
§ Tanda koma (,)
Tanda
koma dipakai untuk penulisan berikut ini :
1.
memisah unsur pemerincian yang sudah terdiri atas tiga unsur atau
lebih;
2.
memisah bilangan desimal;
3.
memisah rupiah dengan sen;
4.
memisah kalimat majemuk setara yang menggunakan kata penghubung
tetapi dan melainkan;
5.
memisah anak kalimat yang mendahului induk kalimat dalam kalimat
majemuk
bertingkat; dan
6.
memisah nama dengan gelar yang mengikutinya.
§ Tanda petik dua
("…")
Tanda
petik dua dipakai untuk :
1.
mengapit petikan langsung;
2.
mengapit judul syair, puisi, artikel, ataupun karangan ilmiah; dan
3.
mengapit sebutan khusus/julukan/gelar-gelaran dalam kalimat.
§ Tanda petik
tunggal ( '…' )
Tanda
petik tunggal digunakan untuk :
1.
mengapit terjemahan istilah asing, dan
2.
mengapit petikan dalam petikan.
3.
Penulisan Singkatan dan Akronim
§ Singkatan
Singkatan
ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau
lebih.
Berikut
ini adalah aturan dalam penulisan singkatan.
a.
Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan
tanda
titik.
Contoh
: Prof. A.S. Kramawijaya, S. E.
Drs.
Muh. Yamin
b.
Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan
atau
organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal
kata
ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Contoh
: DPR Dewan Perwakilan Rakyat
PGRI
Persatuan Guru Republik Indonesia
GBHN
Garis-Garis Besar Haluan Negara
c.
Singkatan umum yang terdiri atas satu sampai dua huruf diikuti satu atau dua
tanda
titik, tetapi jika terdiri dari tiga huruf atau lebih maka diikuti satu tanda
titik
saja.
Contoh
: a.n. (atas nama) Yth. (Yang terhormat)
d.a.
(dengan alamat) hlm. (halaman)
d.
Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang
tidak
diikuti tanda titik.
Contoh
: Fe Ferrum
kg
kilogram
cm
centimeter
Rp
Rupiah
§ Akronim
Akronim
ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan
suku
kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang
diperlakukan
sebagai kata. Berikut ini aturan dalam penulisan akronim.
a.
Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata
ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital.
Contoh
: IKIP Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
b.
Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan
suku
kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Contoh
: Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Kowani
Kongres Wanita Indonesia
c.
Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis
dengan
huruf kecil.
Contoh
: pemilu pemilihan umum
radar radio
detecting and ranging
tilang
bukti pelanggaran
4.
Penulisan Angka dan Lambang Bilangan
Penulisan
angka dan lambang bilangan dituliskan dengan tiga syarat, yaitu:
a.
Bila dibaca satu sampai dua kata harus ditulis huruf;
b.
Bila dibaca tiga kata atau lebih harus ditulis dengan angka dan harus
terletak
di tengah kalimat; dan
c.
Dalam kalimat pemerincian semua kalimat ditulis dengan angka baik satu
ataupun
dua kata ataupun lebih.
5.
Penulisan Partikel
a.
Partikel lah, kah ditulis serangkai.
b.
Partikel per ditulis serangkai kecuali bila bermakna :
1.
mulai
Contoh
: Gaji pegawai negeri akan dinaikkan per 1Juni 2008.
2.
demi
Contoh
: Pengunjung diharap masuk satu per satu.
3.
tiap
Contoh
: Pengunjung yang hendak masuk dikenakan biaya Rp 2.000,00
per
kepala.
c.
Partikel pun
Partikel pun pada
umumnya ditulis terpisah kecuali yang tergabung dalam
kata-kata
berikut ini.
· adapun
· andaipun
· ataupun
· betapapun
· biarpun
· bagaimanapun
· kalaupun
· kendatipun
· meskipun
· maupun
· sungguhpun
Huruf kapital, huruf miring, pemenggalan
kata secara ortografis, penulisan kata, istilah, kata depan, dan unsur serapan,
penulisan angka, dan
penggunaan tanda baca.
PENULISAN
HURUF KAPITAL
Huruf
kapital dipakai sebagai berikut.
1.
Huruf pertama kata pada awal kalimat
2.
Huruf pertama petikan langsung
3.
Ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, kitab suci,
termasuk
kata ganti
4.
Gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama
orang.
5.
Nama jabatan, pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai
sebagai
pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama
tempat.
6.
Huruf pertama unsur-unsur nama orang
7.
Huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
8.
Huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa
bersejarah.
9.
Huruf pertama nama geografi. 10. Huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga
pemerintah dan
ketatanegaraan,
serta nama dokumen resmi kecuali kata depan atau
kata
hubung.
11.
Huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat
pada
nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta
dokumen
resmi.
12.
Huruf pertama nama buku, majalah, surat kabar, dan judul
karangan,
kecuali kata depan dan kata hubung yang berada di
tengah
kata.
13.
Huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
14.
Huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang dipakai
sebagai
sapaan.
15.
Huruf pertama kata ganti Anda.
PENULISAN HURUF BERCETAK MIRING
1.
Menuliskan nama buku, majalah, koran
2.
Menuliskan istilah asing, daerah, ilmiah yang ditulis dengan ejaan
aslinya
3.
Menegaskan huruf, kata, atau frasa yang dipentingkan/dikhususkan
A.
Kata Dasar
Kata
yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
|
Misalnya:
Ibu
percaya bahwa engkau tahu.
Kantor
pajak penuh sesak.
Buku
itu sangat tebal.
|
B.
Kata Turunan
1.
|
Imbuhan
(awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
|
Misalnya:
|
Kata Depan di, ke, dan dari
Kata
depan di, ke, dan dari ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah
lazim dianggap sebagai satu kata sepertikepada dan daripada.
Misalnya:
Kain
itu terletak di dalam lemari.
Bermalam
sajalah di sini.
Di mana Siti
sekarang?
Mereka
ada di rumah.
Ia
ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Ke mana saja
ia selama ini?
Kita
perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.
Mari
kita berangkat ke pasar.
Saya
pergi ke sana-sini mencarinya.
Ia
datang dari Surabaya kemarin.
Catatan:
Kata-kata
yang dicetak miring di bawah ini ditulis serangkai.
Si
Amin lebih tua daripada si Ahmad.
Kami
percaya sepenuhnya kepadanya.
Kesampingkan saja
persoalan yang tidak penting itu.
Ia
masuk, lalu keluar lagi.
Surat
perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 Maret
1966.
Bawa kemari gambar
itu.
Kemarikan buku itu.
Semua
orang terkemuka di desa itu hadir dalam kenduri itu.
Angka dan Lambang Bilangan
Penulisan Huruf Serapan
Dalam
perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa lain,
baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti Sanskerta, Arab,
Portugis, Belanda, atau Inggris.
Berdasarkan
taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas
dua golongan besar.
|
DAFTAR
PUSTAKA
1.. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/06/agus_buku_ajar.pdf
2.https://15forever.wordpress.com/2011/12/11/peranan-pentingnya-bahasa-indonesia-dalam-
konsep-ilmiah/
3. https://disclamaboy.wordpress.com/2012/09/
4.https://id.wikipedia.org/wiki/Ragam_bahasa
5.https://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Pedoman_penulisan_tanda_baca
6. http://t_wahyu.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/4762/BAB2.htm
7.https://id.wikisource.org/wiki/Pedoman_Umum_Ejaan_Bahasa_Indonesia_yang_ Disempurnakan_(1987)#F._Kata_Depan_di.2C_ke.2C_dan_dari
8. http://firdaus-muslim.blogspot.co.id/2010/11/makalah-ejaan-yang-disempurnakan-dan.html