Kamis, 08 Oktober 2015

makalah tugas bulan1

TUGAS MAKALAH BULAN 1


Peranan dan fungsi bahasa Indonesia
Ragam Bahasa
EYD dan Tanda Baca






SOPIA BUDIYANTO
3KA17
18113608


SISTEM INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA




TUGAS BULAN1

A. Peranan dan fungsi bahasa Indonesia
1.    Peranan dan pentingnya bahasa Indonesia dalam konsep ilmiah
            Bahasa Indonesia dalam konsep ilmiah mempunyai fungsi yang sangat penting, karena bahasa merupakan media pengungkap gagasan penulis. Bahasa yang digunakan dalam konsep penulisan ilmiah adalah bahasa Indonesia ilmiah. Bahasa Indonesia merupakan sarana untuk mendukung pembuatan karya tulis. Karya tulis ilmiah menurut Brotowijoyo dalam Arifin (1985: 8—9) adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Untuk dapat disebut karya tulis ilmiah, maka ada persyaratan yang harus dipenuhi misalnya, penulisan angka, penulisan judul, penulisan tanda baca, penulisan kutipan dan sebagainya. Yang terpenting gagasan mudah dipahami dengan dituangkan dalam bahasa yang jelas dan secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis. Sehingga menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca (Keraf,1980:36). Semua syarat yang berlaku dalam karya tulis tersebut adalah baku dan mutlak bagi semua penulisan karya tulis. Karena informasi yang ada dan terkandung di dalam karya tulis harus dapat dipertanggungjawabkan dan berguna bagi banyak orang. Melihat hal-hal tersebut, tidak dapat dipungkiri bahwa bahasa Indonesia yang baku dan sesuai EYD sangat berperan penting. Seandainya tidak ada bahasa Indonesia yang baku dan sesuai EYD ini, maka dalam sebuah karya ilmiah akan terdapat banyak sekali makna yang tidak sesuai antara penulis dengan yang membacanya, karena setiap orang mempunyai bahasa yang berbeda dan memiliki arti masing-masing dalam bahasa yang digunakan. Sehingga jika mengikuti bahasa Indonesia yang baku dan sesuai EYD maka hasilnya adalah informasi yang penting dan berguna dapat tersampaikan pada masyarakat luas.
2.    Memahami fungsi bahasa Indonesia sebagai alat untuk menyerap dan mengungkapkan hasil pemikiran.
Bahasa memiliki peranan sebagai alat untuk mengekspresikan dan menunjukkan kemampuan seseorang.Misalnya saja karya ilmiah seseorang, dia bisa mengekspresikan pemikirannya melalui bahasa secara bebas. Namun, kita harus memikirkan siapa yang akan membacanya, dan tujuan dari tulisan tersebut. Kita tinggal di negara Indonesia, dengan tujuan pembaca yang juga orang Indonesia, maka itu kita menggunakan bahasa Indonesia dalam pengungkapan hasil pemikiran kita. Contohnya, karya ilmiah bersifat formal dan ditulis dengan bahasa yang baku, sehingga kita harus menggunakan bahasa yang baku dan menulisnya dalam bentuk yang formal.
Dalam menyerap pemikiran seseorang yang telah diungkapkan melalui bahasa Indonesia, seseorang yang ingin mengetahui isi pemikiran seseorang pun harus mengerti bahasa yang digunakan oleh si penulis. Karya ilmiah seseorang yang formal dan menggunakan bahasa yang baku akan mudah dimengerti jika pembacanya juga mengerti tentang aturan-aturan penulisan formal dan bahasa yang baku pula.Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk mengungkapkan dan menyerap hasil pemikiran, peranan bahasa Indonesia sangatlah penting.
B. Ragam Bahasa
Di dalam bahasa Indonesia disamping dikenal kosa kata baku Indonesia dikenal pula kosa kata bahasa Indonesia ragam baku, yang alih-alih disebut sebagai kosa kata baku bahasa Indonesia baku. Kosa kata baasa Indonesia ragam baku atau kosa kata bahasa Indonesia baku adalah kosa kata baku bahasa Indonesia, yang memiliki ciri kaidah bahasa Indonesia ragam baku, yang dijadikan tolok ukur yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan penutur bahasa Indonesia, bukan otoritas lembaga atau instansi di dalam menggunakan bahasa Indonesia ragam baku. Jadi, kosa kata itu digunakan di dalam ragam baku bukan ragam santai atau ragam akrab. Walaupun demikian, tidak tertutup kemungkinan digunakannya kosa kata ragam baku di dalam pemakian ragam-ragam yang lain asal tidak mengganggu makna dan rasa bahasa ragam yang bersangkutan.
Suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik dan hukum, tidak tertutup kemungkinan untuk menggunakan bentuk kosakata ragam bahasa baku agar dapat menjadi anutan bagi masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Dalam pada itu perlu yang perlu diperhatikan ialah kaidah tentang norma yang berlaku yang berkaitan dengan latar belakang pembicaraan (situasi pembicaraan), pelaku bicara, dan topik pembicaraan (Fishman ed., 1968; Spradley, 1980).
Menurut Felicia (2001 : 8), ragam bahasa dibagi berdasarkan :
1.Media pengantarnya atau sarananya, yang terdiri atas :
ü  Ragam lisan.
 Ragam lisan adalah bahasa yang diujarkan oleh pemakai bahasa. Kita dapat menemukan ragam lisan yang standar, misalnya pada saat orang berpidato atau memberi sambutan, dalam situasi perkuliahan, ceramah; dan ragam lisan yang nonstandar, misalnya dalam percakapan antarteman, di pasar, atau dalam kesempatan nonformal lainnya.
ü  Ragam tulis.
Ragam tulis adalah bahasa yang ditulis atau yang tercetak. Ragam tulis pun dapat berupa ragam tulis yang standar maupun nonstandar. Ragam tulis yang standar kita temukan dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster, iklan. Kita juga dapat menemukan ragam tulis nonstandar dalam majalah remaja, iklan, atau poster.

2. Berdasarkan situasi dan pemakaian
Ragam bahasa baku dapat berupa : (1) ragam bahasa baku tulis dan (2) ragam bahasa baku lisan. Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkannya tidak ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa baku lisan makna kalimat yang diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat.
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur  di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis.  Kedua ragam itu masing-masing, ragam tulis dan ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang berbeda.
Contoh perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis (berdasarkan tata bahasa dan kosa kata) :
1.Tata Bahasa
(Bentuk kata, Tata Bahasa, Struktur Kalimat, Kosa Kata)
a.Ragam bahasa lisan :
- Nia sedang baca surat kabar
- Ari mau nulis surat
- Tapi kau tak boleh nolak lamaran itu.
b.Ragam bahasa Tulis :
- Nia sedangmembaca surat kabar
- Ari mau menulis surat
- Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu. 
2.Kosa kata
Contoh ragam lisan dan tulis berdasarkan kosa kata :
a.Ragam Lisan
-Ariani bilang kalau kita harus belajar
-Kita harus bikin karya tulis
-Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak
b.Ragam Tulis
-Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar
-Kita harus membuat karya tulis.
-Rasanya masih terlalu muda bagi saya, Pak.
Istilah lain yang digunakan selain ragam bahasa baku adalah ragam bahasa standar, semi standar dan nonstandar.
a.ragam standar,
b.ragam nonstandar,
c.ragam semi standar.
Bahasa ragam standar memiliki sifat kemantapan berupa kaidah dan aturan tetap. Akan tetapi, kemantapan itu tidak bersifat kaku. Ragam standar tetap luwes sehingga memungkinkan perubahan di bidang kosakata, peristilahan, serta mengizinkan perkembangan berbagai jenis laras yang diperlukan dalam kehidupan modem (Alwi, 1998: 14).
Pembedaan antara ragam standar, nonstandar, dan semi standar dilakukan berdasarkan :
a.topik yang sedang dibahas,
b.hubungan antarpembicara,
c.medium yang digunakan,
d.lingkungan, atau
e.situasi saat pembicaraan terjadi
Ciri yang membedakan antara ragam standar, semi standar dan nonstandar :
· penggunaan kata sapaan dan kata ganti,
· penggunaan kata tertentu,
· penggunaan imbuhan,
· penggunaan kata sambung (konjungsi), dan
· penggunaan fungsi yang lengkap.
Penggunaan kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri pembeda ragam standar dan ragam nonstandar yang sangat menonjol. Kepada orang yang kita hormati, kita akan cenderung menyapa dengan menggunakan kata Bapak, Ibu, Saudara, Anda. Jika kita menyebut diri kita, dalam ragam standar kita akan menggunakan kata saya atau aku. Dalam ragam nonstandar, kita akan menggunakan kata gue.
Penggunaan kata tertentu merupakan ciri lain yang sangat menandai perbedaan ragam standar dan ragam nonstandar. Dalam ragam standar, digunakan kata-kata yang merupakan bentuk baku atau istilah dan bidang ilmu tertentu. Penggunaan imbuhan adalah ciri lain. Dalam ragam standar kita harus menggunakan imbuhan secara jelas dan teliti.
Penggunaan kata sambung (konjungsi) dan kata depan (preposisi) merupakan ciri pembeda lain. Dalam ragam nonstandar, sering kali kata sambung dan kata depan dihilangkan. Kadang kala, kenyataan ini mengganggu kejelasan kalimat.
Contoh : (1) Ibu mengatakan, kita akan pergi besok
(1a) Ibu mengatakan bahwa kita akan pergi besok
Pada contoh (1) merupakan ragam semi standar dan diperbaiki contoh (1a) yang merupakan ragam standar.
Contoh : (2) Mereka bekerja keras menyelesaikan pekerjaan itu.
(2a) Mereka bekerja keras untuk menyelesaikan pekerjaan itu.
Kalimat (1) kehilangan kata sambung (bahwa), sedangkan kalimat (2) kehilangan kata depan (untuk). Dalam laras jurnalistik kedua kata ini sering dihilangkan. Hal ini menunjukkan bahwa laras jurnalistik termasuk ragam semi standar.
Kelengkapan fungsi merupakan ciri terakhir yang membedakan ragam standar dan nonstandar. Artinya, ada bagian dalam kalimat yang dihilangkan karena situasi sudah dianggap cukup mendukung pengertian. Dalam kalimat-kalimat yang nonstandar itu, predikat kalimat dihilangkan. Seringkali pelesapan fungsi terjadi jika kita menjawab pertanyaan orang. Misalnya, Hai, Ida, mau ke mana?” “Pulang.”Sering kali juga kita menjawab “Tau.” untuk menyatakan ‘tidak tahu’. Sebenarnya, pëmbedaan lain, yang juga muncul, tetapi tidak disebutkan di atas adalah Intonasi. Masalahnya, pembeda intonasi inihanya ditemukan dalam ragam lisan dan tidak terwujud dalam ragam tulis.

3.EYD dan Tanda Baca
Pengertian Ejaan yang Disempurnakan
Berdasarkan Etimologi kata, kata ejaan berasal dari kata dasar eja, yang berarti melafalkan huruf-huruf atau lambang-lambang bunyi bahasa. Ahli Bahasa mengemukakan bahwa pengertian Ejaan dapat ditinjau dari dua segi, yakni segi Khusus dan segi Umum.Secara Khusus Ejaan dapat diartikan sebagai pelambangan bunyi-bunyi bahasa dengan huruf, baik berupa huruf demi huruf maupun huruf yang sudah disusun menjadi kata frase atau kalimat.sedangkan secara Umum, Ejaan berarti keseluruhan dan penggabungan yang dilengkapi pula dengan penggunaan tanda baca.
Dengan demikian EYD (Ejaan yang Disempurnakan) adalah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang mengatur penggunaan Bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan penulisan huruf capital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan.
Kaidah-Kaidah Dalam Ejaan Yang Disempurnakan
1. Pemakaian Huruf 
§  Huruf kapital
Huruf kapital digunakan untuk menuliskan :
  1. Huruf pertama kata pada awal kalimat;
  2. Awal Nama Suku, Bangsa, Bahasa;
  3. Awal nama hari, bulan, tahun;
  4. Awal nama pangkat, jabatan, gelar bila diikuti nama orang ataupun nama Wilayah;
  5. Awal nama gelar keagamaan;
  6. Awal nama khas geografi;
  7. awal petikan langsung;
  8. awal nama dokumen asli;
  9. awal singkatan bila menggunakan huruf awal tiap kata;
  10. awal singkatan kata akronim berupa akronim dari nama suatu program;
  11. awal tiap kata judul karangan, buku, novel, kecuali kata tugas. Namun bila kata tugas itu ditulis di awal judul, maka ditulis juga dengan huruf kapital.
  12. awal kata sapaan; dan
§  Huruf miring
Huruf miring digunakan untuk :
  1. menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam
  2. karangan-karangan;
  3. menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata;
  4. menuliskan kata nama-nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang
  5. telah disesuaikan ejaannya
2. Penulisan Tanda Baca
§  Tanda titik (.)
Tanda titik dipakai pada :
  1. akhir kalimat berita;
  2. memisah jam, menit, dan detik;
  3. memisah bilangan ribuan, jutaan, dan seterusnya bila menyatakan
  4. jumlah;
  5. akhir singkatan :
  • nama orang
  • gelar akademik
  • gelar keagamaan
  • pangkat dan jabatan
  • kata sapaan
Tanda titik tidak dipakai pada :
  1. Akhir judul;
  2. Memisah ribuan, jutaan, yang tidak menyatakan jumlah;
  3. Akhir singkatan:
    1. .Lembaga umum
    2. Akronim
    3. Lambang kimia
    4. Satuan mata uang
    5. Satuan ukuran isi
§  Tanda koma (,)
Tanda koma dipakai untuk penulisan berikut ini :
1. memisah unsur pemerincian yang sudah terdiri atas tiga unsur atau
lebih;
2. memisah bilangan desimal;
3. memisah rupiah dengan sen;
4. memisah kalimat majemuk setara yang menggunakan kata penghubung
tetapi dan melainkan;
5. memisah anak kalimat yang mendahului induk kalimat dalam kalimat
majemuk bertingkat; dan
6. memisah nama dengan gelar yang mengikutinya.
§  Tanda petik dua ("…")
Tanda petik dua dipakai untuk :
1. mengapit petikan langsung;
2. mengapit judul syair, puisi, artikel, ataupun karangan ilmiah; dan
3. mengapit sebutan khusus/julukan/gelar-gelaran dalam kalimat.

§  Tanda petik tunggal ( '…' )
Tanda petik tunggal digunakan untuk :
1. mengapit terjemahan istilah asing, dan
2. mengapit petikan dalam petikan.
3. Penulisan Singkatan dan Akronim
§  Singkatan
Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau
lebih. 
Berikut ini adalah aturan dalam penulisan singkatan.
a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan
tanda titik.
Contoh : Prof. A.S. Kramawijaya, S. E.
Drs. Muh. Yamin
b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan
atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal
kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Contoh : DPR Dewan Perwakilan Rakyat
PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia
GBHN Garis-Garis Besar Haluan Negara
c. Singkatan umum yang terdiri atas satu sampai dua huruf diikuti satu atau dua
tanda titik, tetapi jika terdiri dari tiga huruf atau lebih maka diikuti satu tanda
titik saja.
Contoh : a.n. (atas nama) Yth. (Yang terhormat)
d.a. (dengan alamat) hlm. (halaman)
d. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang
tidak diikuti tanda titik.
Contoh : Fe Ferrum
kg kilogram
cm centimeter
Rp Rupiah
§  Akronim
Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan
suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang
diperlakukan sebagai kata. Berikut ini aturan dalam penulisan akronim.
a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata
ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Contoh : IKIP Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan
suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Contoh : Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Kowani Kongres Wanita Indonesia
c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis
dengan huruf kecil.
Contoh : pemilu pemilihan umum
radar radio detecting and ranging
tilang bukti pelanggaran
4. Penulisan Angka dan Lambang Bilangan
Penulisan angka dan lambang bilangan dituliskan dengan tiga syarat, yaitu:
a. Bila dibaca satu sampai dua kata harus ditulis huruf;
b. Bila dibaca tiga kata atau lebih harus ditulis dengan angka dan harus
terletak di tengah kalimat; dan
c. Dalam kalimat pemerincian semua kalimat ditulis dengan angka baik satu
ataupun dua kata ataupun lebih.
5. Penulisan Partikel
a. Partikel lah, kah ditulis serangkai.
b. Partikel per ditulis serangkai kecuali bila bermakna :
1. mulai
Contoh : Gaji pegawai negeri akan dinaikkan per 1Juni 2008.
2. demi
Contoh : Pengunjung diharap masuk satu per satu.
3. tiap
Contoh : Pengunjung yang hendak masuk dikenakan biaya Rp 2.000,00
per kepala.
c. Partikel pun
Partikel pun pada umumnya ditulis terpisah kecuali yang tergabung dalam
kata-kata berikut ini.
· adapun
· andaipun
· ataupun
· betapapun
· biarpun
· bagaimanapun
· kalaupun
· kendatipun
· meskipun
· maupun
· sungguhpun

Huruf kapital, huruf miring, pemenggalan kata secara ortografis, penulisan kata, istilah, kata depan, dan unsur serapan, penulisan angka, dan
penggunaan tanda baca.

PENULISAN HURUF KAPITAL
Huruf kapital dipakai sebagai berikut.
1. Huruf pertama kata pada awal kalimat
2. Huruf pertama petikan langsung
3. Ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, kitab suci,
termasuk kata ganti
4. Gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama
orang.
5. Nama jabatan, pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai
sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama
tempat.
6. Huruf pertama unsur-unsur nama orang
7. Huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
8. Huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa
bersejarah.
9. Huruf pertama nama geografi. 10. Huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata depan atau
kata hubung.
11. Huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat
pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta
dokumen resmi.
12. Huruf pertama nama buku, majalah, surat kabar, dan judul
karangan, kecuali kata depan dan kata hubung yang berada di
tengah kata.
13. Huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
14. Huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang dipakai
sebagai sapaan.
15. Huruf pertama kata ganti Anda.
 PENULISAN HURUF BERCETAK MIRING
1. Menuliskan nama buku, majalah, koran
2. Menuliskan istilah asing, daerah, ilmiah yang ditulis dengan ejaan
aslinya
3. Menegaskan huruf, kata, atau frasa yang dipentingkan/dikhususkan
A. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Ibu percaya bahwa engkau tahu.
Kantor pajak penuh sesak.
Buku itu sangat tebal.
B. Kata Turunan
1.
Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya:
  • bergeletar
  • dikelola
  • penetapan
  • menengok
  • mempermainkan
  Kata Depan dike, dan dari
Kata depan dike, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata sepertikepada dan daripada.
Misalnya:
Kain itu terletak di dalam lemari.
Bermalam sajalah di sini.
Di mana Siti sekarang?
Mereka ada di rumah.
Ia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Ke mana saja ia selama ini?
Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.
Mari kita berangkat ke pasar.
Saya pergi ke sana-sini mencarinya.
Ia datang dari Surabaya kemarin.
Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini ditulis serangkai.
Si Amin lebih tua daripada si Ahmad.
Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.
Ia masuk, lalu keluar lagi.
Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 Maret 1966.
Bawa kemari gambar itu.
Kemarikan buku itu.
Semua orang terkemuka di desa itu hadir dalam kenduri itu.
Angka dan Lambang Bilangan
1.
Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Angka Arab
 :
٠,١,٢,٣,٤,٥,٦,٧,٨,٩
Angka Romawi
 :
I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000)
Pemakaiannya diatur lebih lanjut dalam pasal-pasal yang berikut ini.
2.
Angka digunakan untuk menyatakan:
(i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (ii) satuan waktu (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas
Misalnya:
0,5 sentimeter
5 kilogram
4 meter persegi
10 liter
1 jam 20 menit
pukul 15.00
tahun 1928
17 Agustus 1945
Rp5.000,00
US$3.50*
$5.10*
¥100
2.000 rupiah
50 dolar Amerika
10 paun Inggris
100 yen
10 persen
27 orang
* tanda titik di sini merupakan tanda desimal.
3.
Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.
Misalnya:
  • Jalan Tanah Abang I No. 15
  • Hotel Indonesia, Kamar 169
4.
Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya:
  • Bab X, Pasal 5, halaman 252
  • Surah Yasin: 9
5.
Penulisan lambang bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai berikut:
a.
Bilangan utuh
Misalnya:
dua belas
dua puluh dua
dua ratus dua puluh dua
12
22
222
b.
Bilangan pecahan
Misalnya:
setengah
tiga perempat
seperenam belas
tiga dua pertiga
seperseratus
satu persen
satu dua persepuluh
1/2
3/4
1/16
3 2/3
1/100
1%
1,2
6.
Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
Misalnya:
  • Paku Buwono X
  • pada awal abad XX
  • dalam kehidupan pada abad ke-20 ini
  • lihat Bab II, Pasal 5
  • dalam bab ke-2 buku itu
  • di daerah tingkat II itu
  • di tingkat kedua gedung itu
  • di tingkat ke-2 itu
  • kantornya di tingkat II itu
7.
Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti
Misalnya:
tahun '50-an
uang 5000-an
lima uang 1000-an
(tahun lima puluhan)
(uang lima ribuan)
(lima uang seribuan)
8.
Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, sperti dalam perincian dan pemaparan.
Misalnya:
Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang memberikan suara blangko.
Kendaraan yang ditempah untuk pengangkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 helicak, 100 bemo.
9.
Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
Bukan:
15 orang tewas dalam kecelakaan itu.
Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.
10.
Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang.
11.
Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Misalnya:
Kantor kami mempunya dua puluh orang pegawai.
DI lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Bukan:
Kantor kamu mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah.
12.
Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus) rupiah.
Penulisan Huruf Serapan
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris.
Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar.
  1. Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti: reshuffleshuttle cockI'exploitation de l'homme par I'homme. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing.
  2. Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
















DAFTAR PUSTAKA

1.. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/06/agus_buku_ajar.pdf

2.https://15forever.wordpress.com/2011/12/11/peranan-pentingnya-bahasa-indonesia-dalam-  konsep-ilmiah/

3. https://disclamaboy.wordpress.com/2012/09/

4.https://id.wikipedia.org/wiki/Ragam_bahasa

5.https://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Pedoman_penulisan_tanda_baca

6. http://t_wahyu.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/4762/BAB2.htm

7.https://id.wikisource.org/wiki/Pedoman_Umum_Ejaan_Bahasa_Indonesia_yang_            Disempurnakan_(1987)#F._Kata_Depan_di.2C_ke.2C_dan_dari

8. http://firdaus-muslim.blogspot.co.id/2010/11/makalah-ejaan-yang-disempurnakan-dan.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar