Tujuan Pembangunan Milenium berisikan tujuan
kuantitatif yang musti dicapai dalam jangka waktu tertentu, terutama persoalan
penanggulangan kemiskinan pada tahun 2015. Tujuan ini dirumuskan dari
‘Deklarasi Milennium’, dan Indonesia merupakan salah satu dari 189 negara
penandatangan pada September 2000.
Delapan Tujuan Pembangunan Milenium juga
menjelaskan mengenai tujuan pembangunan manusia, yang secara langsung juga
dapat memberikan dampak bagi penanggulangan kemiskinan ekstrim. Masing-masing
tujuan MDGs terdiri dari target-target yang memiliki batas pencapaian minimum
yang harus dicapai Indonesia pada 2015. Buku ini berisikan sekelumit gambaran
mengenai 8 tujuan Pembangunan Milenium, pencapaian serta tantangannya dalam
mencapai 18 target tersebut di Indonesia
Untuk mencapai tujuan MDG tahun 2015 diperlukan
koordinasi, kerjasama serta komitmen dari seluruh pemangku kepentingan,
utamanya pemerintah (nasional dan lokal), masyarakat sipil, akademia, media,
sektor swasta dan komunitas donor. Bersama-sama, kelompok ini akan memastikan
kemajuan-kemajuan yang telah dicapai tersebar merata di seluruh
Indonesia.Pemerintah Indonesia tetap memegang komitmenya untuk melaporkan
kemajuan pencapaian MDGs.
Tujuan Ke-1: Mengentasan Kemiskinan Ekstrim dan
Kelaparan
Target 1: Menurunkan hingga setengahnya Penduduk
yang hidup dibawah garis kemiskinan ekstrim hingga 50%
Target 2: Mengurangi Jumlah penduduk yang menderita kelaparan hingga setengahnya.
Target 2: Mengurangi Jumlah penduduk yang menderita kelaparan hingga setengahnya.
Situasi Saat Ini
Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mencapai
Target pertama MDGs. Pada tahun 1990, 15,1% penduduk Indonesia berada dalam
kemiskinan ekstrim. Jumlahnya saat itu mencapai 27 juta orang. Saat ini
proporsinya sekitar 7,5% atau hampir 17 juta orang. Pada tingkat nasional,
dengan usaha yang lebih keras, Indonesia akan dapat mengurangi kemiskinan dan
kelaparan hingga setengahnya pada 2015. Meskipun begitu, masih terdapat
perbedaan yang cukup besar antara daerah kaya dan miskin. Banyak daerah miskin
di perdesaan, terutama di wilayah timur Indonesia yang memerlukan kerja lebih
keras untuk mencapai target mengurangi kemiskinan dan kelaparan.
Tindak Lanjut
Pencapaian tujuan MDG yang pertama tahun 2015 hanya akan dapat dilakukan dengan keikutsertaan dan kerjasama seluruh pemangku kepentingan di setiap kabupaten dan kota. Masyarakat miskin di Indonesia memerkukan akses yang lebih baik untuk mendapatkan makanan, air bersih, pelayanan kesehatan dasar dan pendidikan. Masyarakat miskin juga membutuhkan jalan dan infrastruktur lain untuk mendukung aktivitas ekonomi, dan membuka akses pasar untuk menjual produksi mereka. Tingkat pendapatan masyarakat miskin di Indonesia akan meningkat dengan peningkatan kesempatan kerja dan pengembangan usaha. Perubahan mendasar perlu dilakukan pada tingkat pembuatan kebijakan. Kebijakan yang pro-kemiskinan harus mulai dikembangkan. Dalam era desentralisasi, tanggungjawab pembuatan kebijakan dan penganggaran dibuat di tingkat lokal oleh pemerintahan daerah. Masyarakat sipil dan kalangan swasta, media dan akademisi dapat pula membantu pemerintah dengan menyampaikan kebutuhan kaum miskin melalui advokasi dan keterlibatan langsung dengan pembuat kebijakan.
Pencapaian tujuan MDG yang pertama tahun 2015 hanya akan dapat dilakukan dengan keikutsertaan dan kerjasama seluruh pemangku kepentingan di setiap kabupaten dan kota. Masyarakat miskin di Indonesia memerkukan akses yang lebih baik untuk mendapatkan makanan, air bersih, pelayanan kesehatan dasar dan pendidikan. Masyarakat miskin juga membutuhkan jalan dan infrastruktur lain untuk mendukung aktivitas ekonomi, dan membuka akses pasar untuk menjual produksi mereka. Tingkat pendapatan masyarakat miskin di Indonesia akan meningkat dengan peningkatan kesempatan kerja dan pengembangan usaha. Perubahan mendasar perlu dilakukan pada tingkat pembuatan kebijakan. Kebijakan yang pro-kemiskinan harus mulai dikembangkan. Dalam era desentralisasi, tanggungjawab pembuatan kebijakan dan penganggaran dibuat di tingkat lokal oleh pemerintahan daerah. Masyarakat sipil dan kalangan swasta, media dan akademisi dapat pula membantu pemerintah dengan menyampaikan kebutuhan kaum miskin melalui advokasi dan keterlibatan langsung dengan pembuat kebijakan.
Keluarga dan kelompok masyarakat di seluruh
Indonesia juga harus diberdayakan untuk lebih berperan aktif dalam menentukan
dan meraih yang mereka perlukan. Pembangunan berkelanjutan harus dimulai dari
akar rumput, dan kemudain bergerak ke tingkat yang lebih tinggi. Untuk membantu
kaum miskin agar lebih sejahtera, mereka harus diberi sumberdaya yang cukup
untuk membantu mereka tumbuh dan mebjadi sejahtera.
Tujuan Ke-2: Mencapai Pendidikan
Dasar untuk Semua
Target 3:
Pada 2015, semua anak Indonesia, baik laki-laki maupun prempuan, akan dapat
menyelesaikan pendidikan dasar
Situasi
Saat Ini
Target
MDG kedua adalah mencapai pendidikan dasar untuk semua pada 2015. Ini artinya
bahwa semua anak Indonesia, baik laki-laki maupun perempuan, akan dapat
menyelesaikan pendidikan dasar. Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk memenuhi
target ini dengan mencanangkan Program Wajib Belajar 9 tahun. Kebijakan ini
terbukti telah meningkatkan akses untuk pendidikan SD. Akan tetapi, masih
banyak anak usia sekolah di pelosok negeri yang belum dapat menyelesaikan
SD-nya. Bahkan di perdesaan, tingkat putus sekolah dapat mencapai 8,5%.
Kualitas pendidikan di Indonesia selama ini masih perlu ditingkatkan dan
manajemen pendidikan juga kurang baik.
Tindak
Lanjut
Apabila target kedua ini ingin dicapai, seluruh pemangku kepentingan diseluruh negeri, termasuk pemerintah pusat dan daerah, organisasi masyarakat sipil, masyarakat umum, akademisi, sektor swasta dan media perlu untuk bekerja sama memastikan bahwa kebijakan, strategi dan program di masa yang datang terkait Program Wajib belajar 9 tahun harus terfokus pada peningkatan akses dan memperluas kesempatan belajar kepada seluruh anak usia sekolah , terutama mereka yang berada di daerah miskin dan daerah pedalaman. Dinas Pendidikan di daerah juga perlu untuk meningkatkan kualitas dan kesesuaian pendidikan dasar untuk memastikan bahwa seluruh lulusannya akan memiliki kemampuan dasar untuk bekerja atau meneruskan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Apabila target kedua ini ingin dicapai, seluruh pemangku kepentingan diseluruh negeri, termasuk pemerintah pusat dan daerah, organisasi masyarakat sipil, masyarakat umum, akademisi, sektor swasta dan media perlu untuk bekerja sama memastikan bahwa kebijakan, strategi dan program di masa yang datang terkait Program Wajib belajar 9 tahun harus terfokus pada peningkatan akses dan memperluas kesempatan belajar kepada seluruh anak usia sekolah , terutama mereka yang berada di daerah miskin dan daerah pedalaman. Dinas Pendidikan di daerah juga perlu untuk meningkatkan kualitas dan kesesuaian pendidikan dasar untuk memastikan bahwa seluruh lulusannya akan memiliki kemampuan dasar untuk bekerja atau meneruskan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Sistem
manajemen sumberdaya pendidikan juga perlu ditingkatkan, sehingga seluruh
lembaga yang terkait dengan pendidian dasar dapat melaksanakan tugas dan
fungsinya secara lebih efisien dan efektif. Kunci dari kesusksesan pemerintah
dalam mensukseskan pendidikan dasar 9 tahun adalah dengan keterlibatan orang
tua murid dan tokoh masyarakat, sertaorganisasi masyarakat sipil dan sektor
swasta. Kelompok pemangku kepentingan ini akan membantu memobilisasi berbagai
sumberdaya untuk mendukung tercapainya tujuan program Wajar 9 Tahun. Selain
itu, kesempatan juga perlu diperluas kepada sekolah swasta dan lembaga
pendidikan berbasis masyarakat untuk menyelenggarakan pendidikan dasar.
Tujuan
Ke-3: Mendukung Kesetaraan Gender dan Memberdayakan Perempuan
Target 4:
Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan sekolah
menengah di Indonesia
Situasi
Saat Ini
Indonesia
telah mencapai banyak kemajuan dalam mengatasi persoalan kesenjangan antara
laki-laki dan perempuan. Program Wajib belajar 9 tahun telah membawa dampak
positif dalam pengurangan kesenjagan dalam dunia pendidikan. Rasio antara
partisipasi murid laki-laki dan perempuan, baik partisipasi bersih amupun
kotor, sudah hampir mencapai 100% di seluruh tingkat pendidikan. Akan tetapi,
keberhasilan ini masi perlu ditingkatkan, terutama untuk kelompok usia yang
lebih tua. Masih terdapat cukup banyak kesenjangan dan anggapan yang salah dalam
konteks peranan dan gender di masyarakat. Persepsi yang salah ini hampir
terjadi di semua aspek kehidupan, mulai dari pekerjaan (kesempatan dan
kesetaraan imbalan) hingga keterwakilan di bidang politik.
Proporsi
perempuan dalam pekerjaan non-pertanian relative stagnan, begitu pula debngan
keterwakilan perempuan di parlemen, yang masing-masing masih berkisar pada 33%
dan 11%.
Tindak
Lanjut
Pemerintah Indonesia saat ini tengah melakuan banyak strategi untuk mendukung pencapaian tujaun ketiga MDG. Selain program gender di bidang pendidikan, upaya juga dilakukan untuk meningkatkan kesempatan bagi perempuan untuk bekerja di sektor non-pertanian dan kesetaraan imbalan. Aspek pemberdayaan perempuan merupakan langkah penting untuk mencapai tujuan ketiga MDG, termasuk juga peningkatan keterwakilan perempuan dalam aspek politik.
Pemerintah Indonesia saat ini tengah melakuan banyak strategi untuk mendukung pencapaian tujaun ketiga MDG. Selain program gender di bidang pendidikan, upaya juga dilakukan untuk meningkatkan kesempatan bagi perempuan untuk bekerja di sektor non-pertanian dan kesetaraan imbalan. Aspek pemberdayaan perempuan merupakan langkah penting untuk mencapai tujuan ketiga MDG, termasuk juga peningkatan keterwakilan perempuan dalam aspek politik.
Mekipun Pasal 27 UUD 45 menjamin
kesetaraan hak bagi seluruh penduduk Indonesia – laki-laki maupun perempuan,
cukup banyak ditemukan praktek-praktek yang justru mendiskriminiskian dan
memicu terjadinya kesenjangan, terutama di tingkat daerah. Hal ini mencakup
implementasi peraturan daerah yang mengandung unsur dualisme yang tidak sesuai
dengan UUD 45. Seluruh pemangku kepentingan di Indonesia, termasuk Pemerintah,
masyarakat sipil, sektor swasta, akademisi dan media dapat berperan dalam
mencegah dampak negatif dari praktek semacam ini, dengan cara berpedoman secara
teguh terhadap hak konstitusional setiap warga negara.
Tujuan
Ke-4: Mengurangi Tingkat Kematian Anak
Target 5:
Mengurangi hingga dua pertiga-nya , tingkat kematian anak dibawah usia 5 tahun
Situasi
Saat Ini
Di
Indonesia, dari setiap 1.000 kelahiran, 40 diantaranya akan mennggal sebelum
mereka berusia 5tahun. Statistik ini dikenal dengan Angka kematian Balita
(AKB). AKB Indonesia saat ini adalah yang tertinggi diantara Negara ASEAN lain.
Meskipuns demikian, Indonesia sebenarnya telah mencapai tujuan keempat MDG. Hal
yang menjadi pekerjaan kita sekarang adalah memastikan bahwa anak-anak
Indonesia mendapatkan hak konstitusional mereka. UU no 23 tentang Perlindungan
Anak menyatakan bahwa setiap anak memiliki hak untuk memperoleh pelayanan
kesehatan dan keamanan sosial menurut kebutuhan fisik, psikis dan sosial
mereka. Sepertiga kematian bayi di Indonesia terjadi pada bulan pertama setelah
kelahiran, 80% diantaranya terjadi pada minggu pertama. Penyebab utama kematian
adalah infeksi pernafasan akut, komplikasi kelahiran dan diare. Selain penyebab
utama, beberapa penyakit menular seperti infeksi radang selaput otak
(meningitis), typhus dan encephalitis juga cukup sering menjadi penyebab
kematian bayi.
Tindak
Lanjut
Program Nasional Anak Indonesia menjadikan issu kematian bayi dan balita sebagai salah satu bagian terpenting. Program tersebut merupakan bagian dari Visi Anak Indonesia 2015, sebuah gerakan yang melibatkan seluruh komponen masyarakat, dari mulai pemerintah, sektor swasta hingga akademisi dan masyarakat sipil. Bersama-sama, kelompok ini berusaha meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejaheraan Bayi dan Balita. Selain mempromosikan hidup sehat untuk anak dan peningkatan akses dan kualitas terhadap pelayanan kesehatan yang komprehensif, bagian dari Target keempat MDG adalah untuk meningkatkan proporsi kelahiran yang dibantu tenaga terlatih, sehingga diharapkan terjadi perubahan perilaku di masyarakat untuk lebih aktif mencari pelayanan kesehatan, terutama untuk anak dan balita.
Program Nasional Anak Indonesia menjadikan issu kematian bayi dan balita sebagai salah satu bagian terpenting. Program tersebut merupakan bagian dari Visi Anak Indonesia 2015, sebuah gerakan yang melibatkan seluruh komponen masyarakat, dari mulai pemerintah, sektor swasta hingga akademisi dan masyarakat sipil. Bersama-sama, kelompok ini berusaha meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejaheraan Bayi dan Balita. Selain mempromosikan hidup sehat untuk anak dan peningkatan akses dan kualitas terhadap pelayanan kesehatan yang komprehensif, bagian dari Target keempat MDG adalah untuk meningkatkan proporsi kelahiran yang dibantu tenaga terlatih, sehingga diharapkan terjadi perubahan perilaku di masyarakat untuk lebih aktif mencari pelayanan kesehatan, terutama untuk anak dan balita.
Tujuan
Ke-5: Meningkatkan Kesehatan Ibu
Target 6:
Menurunkan ¾-nya Tingkat Kematian Ibu di Indonesia
Situasi
Saat Ini
Resiko
kematian ibu karena propses melahirkan di Indonesia adalah 1 kematian dalam
setiap 65 kelahiran. Setiap tahun diperkirakan terjadi 20.000 kematian ibu
karena komplikasi sewaktu melahirkan dan selama kehamilan. Tingkat Kematian Ibu
dihitung berdasarkan jumlah kematian setiap 100.000 kelahiran. Penyebab utama
kematian ibu di Indonesia adalah haemorrhage, eclampsia yang menyebabkan
tekanan darah tinggi sewaktu kehamilan, komplikasi karena aborsi, infeksi dan
komplikasi sewaktu melahirkan. Meskipun Indonesia belum memiliki sistem
pendataan yang baik untuk mendapatkan infromasi mengenai AKI, para ahli
memperkirakan bahwa AKI pada tahun 1992 di Indonesia adalah 425 Lebih dari satu
dekade kemudian, angkanya berubah menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan laju ini, diperlukan usaha yang jauh lebih besar untuk mecapai
Target MDG ke 5. Selain itu, perhatian khusus harus diberikan kepada daerah
miskin, terutama di bagian timur Indonesia, dimana banyak daerah masih memiliki
tingkat kematian ibu tertinggi di Indonesia, dan juga karena daerah tersebut
memiliki infrastruktur yang sangat terbatas.
Tindak Lanjut
Yang sangat diperlukan oleh Ibu adalah peningkatan akses terhadap pelayana kesehatan berualitas untuk ibu dan anak, terutama selama dan segera setelah kelahiran. Selain peningkatan pelayanan kesehatan, perlu juga diadakan perubahan perilaku masyarakat yang paling rentan terhadap kematian ibu. Hal ini termasuk peningkatan pengetahuan keluarga mengenai status kesehatan dan nurtisi, serta pemberitahuan mengenai jangkauan dan macam pelayanan yang dapat mereka pergunakan. Pemerintah juga perlu untuk meningkatkan sistem pemantauan untuk mencapai tujuan MDG ke 5. Peningkatan sistem pendataan terutama aspek manajemen dan aliran informasi terutama data dasar infrastruktur kesehatan, serta koordinasi antara instansi terkait dengan masyarakat donor juga perlu ditingkatkan untuk untuk menghindari overlap dan kegiatan yang tidak tepat sasaran, sehingga peningkatan kesehatan ibu dapat dicapai secara lebih efektif dan efisien.
Yang sangat diperlukan oleh Ibu adalah peningkatan akses terhadap pelayana kesehatan berualitas untuk ibu dan anak, terutama selama dan segera setelah kelahiran. Selain peningkatan pelayanan kesehatan, perlu juga diadakan perubahan perilaku masyarakat yang paling rentan terhadap kematian ibu. Hal ini termasuk peningkatan pengetahuan keluarga mengenai status kesehatan dan nurtisi, serta pemberitahuan mengenai jangkauan dan macam pelayanan yang dapat mereka pergunakan. Pemerintah juga perlu untuk meningkatkan sistem pemantauan untuk mencapai tujuan MDG ke 5. Peningkatan sistem pendataan terutama aspek manajemen dan aliran informasi terutama data dasar infrastruktur kesehatan, serta koordinasi antara instansi terkait dengan masyarakat donor juga perlu ditingkatkan untuk untuk menghindari overlap dan kegiatan yang tidak tepat sasaran, sehingga peningkatan kesehatan ibu dapat dicapai secara lebih efektif dan efisien.
Tujuan
Ke-6: Memerangi HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya
Target 7:
Menghentikan dan mulai menurunkan kecenderungan penyebaran HIV/AIDS di
Indonesia
Target 8: Menghentikan dan menurunkan kecenderungan penyebaran Malaria dan penyakit menular lain di Indonesia.
Target 8: Menghentikan dan menurunkan kecenderungan penyebaran Malaria dan penyakit menular lain di Indonesia.
Situasi
Saat Ini
AIDS
(Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah penyakit yang disebabkan oleh HIV
(the Human Immunodeficiency Virus) . HIV dapat merusak siste kekebalan tubuh
terhadap penyakit dan infeksi, sehingga dapat menyebabkan kematian bagi
penderitanya. Pengobatan dengan Anti Retro Viral (ARV)dapat mennghambat
perkembangan penyakit AIDS dan oleh karena itu meningkatkan kondisi tubu
penderitanya. Tetapi obat ini tidak dapat menyembuhkan HIV, karena balum
ditemukan obat untuk HIV dan AIDS. HIV disebarkan melalui kontak seksua dan
melalui darah yang sudah terinfeksi. Sejak pertama kali ditemukan pada tahun
2007, jumlah penderitanya terus meningkat. Hingga Maret 2007 hampir 8.988 kasus
AIDS dan 5.640 kasus HIV dilaporkan. Menurut beberapa ahli, jumlah ini hanya
sebagian kecil dari keseluruhan penderita yang ada. Kalompok masyarakat yang
paling beresiko untuk terinfeksi penyakit ini adalah Pekerja seks komersial dan
pelanggannya, serta pengguna narkoba suntik. Selain itu, kesadaran dan
pengetahuanyang benar mengenai HIV dan AIDS juga masih merupakan persoalan
besar di Indonesia. Lebih dari sepertiga perempuan dan seperlima laki-laki
belum pernah mendengar sama sekali mengenai HIV/AIDS. Apabila
kecenderunganseperti ini tidak berubah, diperkirakan lebih dari 1 juta
masyarakat Indonesia akan terinfeksi pada 2010. Penyakit lain yang juga menjadi
perhatian MDG 6 adalah Malaria dan Tubeculosis (TBC). Setiap tahun diperkirakan
terdapat 18 juta kasus Malaria dan lebih dari 520 ribu kasus TBC.
Tindak
Lanjut
Upaya pemerintah untuk memerangi HIV/AIDS dilaksanakan oleh Komisi Nasional Pemnanggulangan AIDS (KPA), sebuah badan nasional yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan kampanye danpemberian informasi yang benar mengenai HIV/AIDS, penyebarannya dan apa saja yang dapat dilakukan oleh setiap orang untuk menghindari dan melindungi diri mereka dari tertular penyakit tersebut. KPA juga membentuk masyarakat untuk mengerti bagaimana hidup bersama ODHA dan untuk tetap hidup secara produktif. Upaya peningkatan pemantauan dan peningkatan fasilitas kesehatan dan perawatan untuk ODHA juga perlu dilakukan. Setiap warga negara dapat membantu menghentikan penyebaran HIV dengan mengurangi resiko penularan dengan melakukan praktek seksual yang aman dan menggunakan kondom secara teratur. Kampanye mengenai Roll Back Malaria dan DOTS juga termasuk usaha yang secara periodik dilakukan untuk memerangi Malaria dan TBC.
Upaya pemerintah untuk memerangi HIV/AIDS dilaksanakan oleh Komisi Nasional Pemnanggulangan AIDS (KPA), sebuah badan nasional yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan kampanye danpemberian informasi yang benar mengenai HIV/AIDS, penyebarannya dan apa saja yang dapat dilakukan oleh setiap orang untuk menghindari dan melindungi diri mereka dari tertular penyakit tersebut. KPA juga membentuk masyarakat untuk mengerti bagaimana hidup bersama ODHA dan untuk tetap hidup secara produktif. Upaya peningkatan pemantauan dan peningkatan fasilitas kesehatan dan perawatan untuk ODHA juga perlu dilakukan. Setiap warga negara dapat membantu menghentikan penyebaran HIV dengan mengurangi resiko penularan dengan melakukan praktek seksual yang aman dan menggunakan kondom secara teratur. Kampanye mengenai Roll Back Malaria dan DOTS juga termasuk usaha yang secara periodik dilakukan untuk memerangi Malaria dan TBC.
Tujuan
Ke-7: Memastikan Kelestarian Lingkungan
Target 9:
Mengintergrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan kedalam kebijakan dan
program pemerintah Indonesia, serat mengembalikan sumberdaya yang hilang
Target 10: Mengurangi hingga setengahnya proporsi masyarakat Indonesia yang tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman dan sanitasi dasar.
Target 11: Meningkatkan secara signifikan kehidupan masyarakat yang hidup di daerah kumuh.
Target 10: Mengurangi hingga setengahnya proporsi masyarakat Indonesia yang tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman dan sanitasi dasar.
Target 11: Meningkatkan secara signifikan kehidupan masyarakat yang hidup di daerah kumuh.
Situasi Saat Ini
Antara
tahun 1985 dan 1997, laju deforestasi di Kalimantan, Maluku, Papua, ulawesi dan
Sumatra adalah 1.8 juta hektar per tahun. Ancaman utama tehadap hutan hujan
Indonesia adalah pembalakan liar di kawasan hutan lindung. Di era
desentralisasi dan otonomi daerah, lebih banyak hutan yang dikeploitasi,
pembalakan liar semakin menjadi-jadi dan batas kawasan lindung sudah tidak
diperdulikan lagi. Panyebab utamanya adalah lemahnya supresmasi hukum dan
kurangnya pengertian dan pengetahuan mengenai ptujuan pembangunan jangka panjang
dan perlindungna biosphere.
* Air –
Kualitas air yang sampai ke masyarakat dan didistribusikan oleh PDAM ternyata
tidak memenuhi persyarat air minum aman yang dikeluarkan oleh Departemen
Kesehatan. Hal ini utamanya disebabkan oleh kualitas jaringan disribusi dan
perawatan yang kemudian menyebabkan terjadinya kontaminasi.
* Sanitasi – Berdasarkan data terahir yang tersedia, akses masyrakat secara umum terhadap fasilitas sanitasi adalah 68%. Akan tetapi, tampaknya sanitasi tidak menjadi prioritas utama pembangunan, baik di tingkat nasional, regional, badan legislative maupun sektor swasta. Hal ini tampat dari relatif kecilnya anggaran yang disediakan untuk sanitasi.
* Sanitasi – Berdasarkan data terahir yang tersedia, akses masyrakat secara umum terhadap fasilitas sanitasi adalah 68%. Akan tetapi, tampaknya sanitasi tidak menjadi prioritas utama pembangunan, baik di tingkat nasional, regional, badan legislative maupun sektor swasta. Hal ini tampat dari relatif kecilnya anggaran yang disediakan untuk sanitasi.
Tindak
Lanjut
Akses dan ketersediaan informasi mengenai sumberdaya alam dan lingkungan merpakan aspek yang perlu ditingkatkan. Program yang seperti ini dapat membantu memperkaya pengetahuan dan wawasan kelompok masyarakat yang hidup di daerah perdesaan dan daerah terpencil mengenai pentingnya perlindungan terhadap lingkungan. Hal ini juga perlu disandingkan dengan promosi mengenai kesehatan dan kebersihan, sehingga masyarakat akan lebih mengerti petingnya air bersih dan dapat berpartisipasi aktif menjaga dan merawat fasilitas air bersih yang ada. Kampanye mengenai pentingnya sanitasi juga perlu dilakukan kepada pemerintah, pembuat kebijakan, dan badan legislatif, termasuk juga kapada masyarakat. Diperlukan investasi dan prioritisasi yang lebih besar untuk meningkatkan akses terhadap air bersih dan pelayanan sanitasi untuk masyarakat di seluruh Indonesia.
MDG 8: Mengembangkan Kemitraan untuk Pembangunan
Akses dan ketersediaan informasi mengenai sumberdaya alam dan lingkungan merpakan aspek yang perlu ditingkatkan. Program yang seperti ini dapat membantu memperkaya pengetahuan dan wawasan kelompok masyarakat yang hidup di daerah perdesaan dan daerah terpencil mengenai pentingnya perlindungan terhadap lingkungan. Hal ini juga perlu disandingkan dengan promosi mengenai kesehatan dan kebersihan, sehingga masyarakat akan lebih mengerti petingnya air bersih dan dapat berpartisipasi aktif menjaga dan merawat fasilitas air bersih yang ada. Kampanye mengenai pentingnya sanitasi juga perlu dilakukan kepada pemerintah, pembuat kebijakan, dan badan legislatif, termasuk juga kapada masyarakat. Diperlukan investasi dan prioritisasi yang lebih besar untuk meningkatkan akses terhadap air bersih dan pelayanan sanitasi untuk masyarakat di seluruh Indonesia.
MDG 8: Mengembangkan Kemitraan untuk Pembangunan
Target
12: Mengembangkan sistem keuangan dan perdagangan yang terbuka, berbasis
peraturan, dapat diprediksi, dan tidak diskriminatif
Target 13: Mengatasi persoalan khusus dari negara-negara paling tertinggal. Hal ini termasuk akses bebas tariff dan bebas kuota untuk produk eksport mereka, meningkatkan pembebasan utang untuk negara berutang besar, penghapusan utang bilateral resmi dan memberikan ODA yang lebih besar kepada Negara yang berkomitmen menghapuskan kemiskinan.
Target 14: Mengatasi kebutuhan khusus di negara-negara daratan dan kepulauan kecil
Target 15: Menangani hutang negara berkembang melalui upaya nasional maupun Internasional agar pengelolaan hutang berkesinambungan dalam jangka panjang.
Target 16: Bekerja sama dengan negara berkembang mengembangkan pekerjaan yang layak dan produktif untuk kaum muda
Target 17: Bekerjasama dengan Perusahaan Farmasi, memberikan akses untuk penyediaan obat-obatan penting dengan harga terjangkau di negara berkembang
Target 18: Bekerjasama dengan swasta dalam memanfaatkan teknologi baru, terutama teknologi informasi dan komunikasi.
Target 13: Mengatasi persoalan khusus dari negara-negara paling tertinggal. Hal ini termasuk akses bebas tariff dan bebas kuota untuk produk eksport mereka, meningkatkan pembebasan utang untuk negara berutang besar, penghapusan utang bilateral resmi dan memberikan ODA yang lebih besar kepada Negara yang berkomitmen menghapuskan kemiskinan.
Target 14: Mengatasi kebutuhan khusus di negara-negara daratan dan kepulauan kecil
Target 15: Menangani hutang negara berkembang melalui upaya nasional maupun Internasional agar pengelolaan hutang berkesinambungan dalam jangka panjang.
Target 16: Bekerja sama dengan negara berkembang mengembangkan pekerjaan yang layak dan produktif untuk kaum muda
Target 17: Bekerjasama dengan Perusahaan Farmasi, memberikan akses untuk penyediaan obat-obatan penting dengan harga terjangkau di negara berkembang
Target 18: Bekerjasama dengan swasta dalam memanfaatkan teknologi baru, terutama teknologi informasi dan komunikasi.
Tujuan
kedelapan berisikan aksi yang harus dilakukan oleh Negara maju kepada negara
berkembang untuk mencapai Tujuan 1-7 MDG. Konsensus Monterrey – yang merupakan
hasil dari Konferensi Internasional tentang Pembiayaan untuk Pembangunan tahun
2002 – dipandang sebagai unsure kunci Tujuan 8. Konsensus tersebut berintikan
kebebasan perdagangan, aliran dana swasta, utang, mobilisasi sumberdaya
domestic dan hibah untuk pembangunan. Berkaca pada fakta bahwa investasi dalam
bidang kesehatan publik adalah investasi yang non-profit, hibah menjadi
penting, terutama di sector kesehatan.
Pendapat:
Saya setuju
dengan di adanya MDGs tersebut,karena salah satu program tersebut bertujuan untuk mengentaskan
kemiskinan diindonesia,jadi penduduk indonesia yang tidak perlu kita pungkiri
lagi masih banyak yang berada di bawah garis kemiskinan,sehingga mereka yang
berada dibawah garis kemiskinan tersebut dapat bersaing dengan mereka yang
berkecukupan.
Kita sebagai
penerus bangsa harus mendukung program tersebut,salah satunya melalui jalur
pendidikan yaitu dengan seperti belajar sungguh-sungguh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar